Dalam struktur makro masyarakat nasional kita, mayoritas penduduk desa tergolong kelas bawah, atau paling jauh ada satu dua lower-middle. Tapi dalam struktur mikro masyarakat desa itu sendiri, ada tatanan tersendiri, ada variable khas, serta ada sifat-sifat tertentu yang meskipun diakibatkan oleh system makro, namun harus diperhitungkan juga secara local. Artinya, diantara lapisan bawah itu masih ada kelas-kelas lagi, terutama secara ekonomi.
Tetapi pada kesemuanya itu ada suatu pararel.
Kita semua sudah tahu bahwa kurikulum pendidikan formal kita hampir selalu tidak mengusahakan integritas yang runtut dengan permasalahan yang terus berkembang dalam kehidupan masyarakat. Namun dengan mengemukakan hal tersebut tak berarti saya semata-mata menyalahkan para pengajar, karena sepanjang pengetahuan saya; bahkan banyak sekali mahasiswa-mahasiswa tingkat tinggi yang hidup di tengah pusaran pusat perubahan dan perkembangan masyarakat modern ini, tidak cukup mengetahui seluk-beluk perubahan dan permasalahan yang dikandung oleh masyarakat. Mereka bahkan tak sedikit yang juga menjadi “pasien” dari apa yang diatas disebut sebagai krisis sejarah.
Generasi Barang Jadi
Anak-anak muda kita dewasa ini dibesarkan oleh suatu iklim lingkungan yang sangat mendorong mereka untuk ingin cepat-cepat menikmati hasil. Yang disebut hasil, juga dipersempit pada pemilikan materialistik.
Kerja bagi mereka (sadar atau tidak sadar) benar-benar hanya suatu cara untuk mencapai hasil. Maksud saya, yang mereka cintai hanya hasil. Mereka tidak sekaligus mencintai kerja tersebut, maka kalau ada kemungkinan mereka bisa menikmati ‘hasil’ tanpa kerja apa-apa jadilah.
Semangat melakukan sesuatu pekerjaan, proses mencintai dan mengakrabi pekerjaan yang baik, kenikmatan ruhani selama mengerjakan sesuatu, tidak pernah dihitung sebagai suatu hasil. Impian-impian mereka terutama hanya di sekitar enjoying konsumsi-konsumsi. Ini termasuk sikap mereka terhadap sekolah yang utama bukan usaha mencintai proses mencari ilmu, tapi semata-mata memfungsikan status sekolah untuk investasi kerja, artinya untuk investasi hasil. Selesai sekolah, mereka dapat hasil satu; status. Kemudian masuk kerja untuk hasil yang lain; kekayaaan. Ini rumus pokok karakter kesejarahan masa kini kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar